MasyarakatBatak Toba secara umum masih patuh terhadap norma budaya yang diwariskan oleh leluhurnya misalnya pantangan perkawinan semarga dan pantangan lainnya. Norma ini biasanya diwariskan dalam bentuk lisan dan cerita rakyat. Penelitian ini menggali kearifan lokal yang diwariskan lewat cerita rakyat yang memiliki setting dan amanat mitos
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Kurikulum Merdeka atau sering disebut Kurmer tidak lepas dari pembelajaran berdiferensiasi, karena sejatinya implementasi kurikulum merdeka adalah memberikan pembelajaran yang berpusat kepada murid, memberikan keleluasaan pengelolaan pembelajaran sesuai dengan karakteristik murid. Terdapat tiga jenis bentuk pembelajaran berdiferensiasi di kelas, yaitu diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk. Modifikasi modul ajar dan penyediaan bahan ajar mutlak diperlukan untuk memenuhi diferensiasi konten. Kurikulum merdeka membebaskan Tujuan PembelajaranTPdan alur tujuan pembelajaranATP disesuaikan kerakteristik murid. Maka, guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu memilih bahan ajar sesuai dengan lingkungan bisa dipungkiri anak-anak sekarang lebih menyukai hal-hak bersifat global dan mulai melupakan sejarah lingkungannya sendiri termasuk cerita rakyat daerahnya. Anak-anak memang lebih kreatif dan lebih maju, namun kondisi psikisnya lambat laun lepas kendali. Mereka sering bersikap jauh dari nilai dan norma masyarakat di lingkungannya. Cerita rakyat daerah di manapun syarat akan nilai-nilai yang luhur perlu diadoptsi untuk pembelajaran. Di kabupaten Demak terdapat cerita rakyat Demak yang dapat dikembangkan menjadi bahan ajar dengan menjadi pengantar dalam materi pelajaran bahasa Indonesia. Langkah-langkah pengembangan Langkah pertama dalam pengembangan cerita rakyat Demak adalah mengumpulkan bahan cerita. Penulis menggunakan cerita rakyat Demak sesuai tempet mengajar. Bahan dapat ditemukan dalam buku-buku yang sudah beredar seperti Babad Demak dan lainnya, banyak juga ditemukan dalam pencarian melalui internet, namun lebih baik lagi menemukannya dari cerita langsung saksi hidup atau orang yang memiliki hubungan waris dan orang yang dapat dipertanggungjawabkan keabsahan cerita sejarah Demak. Langkah berikutnya mencermati Tujuan Pembelajaran dan memilih cerita sesuai dengan materi yang dibutuhkan. Cerita rakyat menjadi pengantar setiap materi tersebut. Selanjutnya, disusun menjadi bahan ajar yang menarik untuk digunakan pada pembelajaran diferensiasi. Langkah PenerapanSebelum pembelaran guru memetakan dulu minat dan bakat murid dengan memberikan angket, berkonsultasi dengan orang tua, dan guru sebelumnya. Hasil dari pemetaan tersebut dijadikan acuan dalam membuat modul ajar dan penggunaan strategi pembelajaran. Pada pelaksaan pembelajaran di kegiatan inti pembelajaran guru mengelompokkan murid sesuai gaya belajarnya. Murid dengan gaya belajar visual atau anak-anak yang suka membaca diberikan berupa buku atau video, sedangkan kepada anak-anak dengan gaya belajar audiovisual dengan bentuk cerita langsung atau dengan bantuan audiovideo. Anak-anak dengan gaya belajar kinestetik diajak langsung ke lokasi-lokasi sejarah yan banyak terdapat di Demak seperti museum Demak, masjid Agung Demak, makam Kadilangu, Sendang Puro, dan masih banyak lainnya. Bisa juga dibebaskan untuk mencari sendiri di perpustakaan sekolah buku atau gambar yang diperlukannya. Guru memantau keaktifan murid dan memandu setiap langkah berdiferensiasi dengan bahan ajar cerita rakyat daerahDemak, membuat murid lebih tertarik dalam mempelajari dan memahami materi. Selain itu secara tidak sengaja mereka akan mengadopsi nilai-nilai luhur yang terdapat pada cerita rakyat tersebut. Lebih luas lagi dapat mewujudkan pelajar profil pancasila. Penulis yakin setiap daerah terdapat cerita rakyat dengan nilai-nilai luhur yang dapat diadopsi sebagai bahan pembelajaran. Selamat memandu Bapak Ibu guru. Lihat Pendidikan Selengkapnya LegendaLaw Kawar. Legenda Lau Kawar merupakan sebuah legenda yang berkembang di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Kabupaten yang memiliki wilayah seluas 2.127,25 km 2 ini terletak di dataran tinggi Karo, Bukit Barisan, Sumatera Utara. Oleh karena daerahnya terletak di dataran tinggi, sehingga kabupetan ini dijuluki Taneh Karo Simalem. Opung artinya dalam bahasa Batak merupakan sebutan untuk orang yang paling tua atau kakek dan Batak terbiasa untuk berbicara dengan dua bahasa, yakni bahasa Indonesia dan bahasa Batak merupakan bahasa daerah yang digunakan oleh masyarakat di Sumatera Utara, khususnya masyarakat Batak atau suku bahasa Batak, para anggota keluarga yang ada di dalam silsilah memiliki sebutan masing-masing yang berbeda dengan bahasa sebutan ini terkadang membuat bingung orang-orang yang bukan keturunan Suku sebenarnya kita juga bisa mempelajari panggilan-panggilan begitu, Moms bisa tahu hubungan kekeluargaan dari masyarakat Batak saat mereka lebih jelasnya lagi, Moms bisa menyimak penjelasan singkatnya di bawah ini!Baca Juga 21 Makanan Khas Batak yang Wajib Dicoba!Sejarah Bahasa BatakFoto Bahasa Batak Batak awalnya adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat Batak Toba yang tinggal di Danau Toba, Pulau Samosir dan wilayah Tapanuli Bagian Batak digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan juga dalam penulisan buku hingga cerita-cerita dijelaskan kalau bahasa Batak tadinya menggunakan penulisan aksara Batak, tapi sekarang para penggunanya lebih suka dan lebih sering menggunakan aksara Juga Mengenal Lapo, Makanan Khas Batak yang MenggodaHampir semua bahasa Batak yang ada saat ini, konon diturunkan dari bahasa Batak Tua proto language.Ada sebuah cerita rakyat yang pertama kali mengukir bahasa Batak menggunakan aksara Batak yakni Siraja cerita rakyat tersebut dikisahkan kalau Siraja Batak yang merupakan orang asli Batak hanya bisa menggunakan bahasa Batak yang dituliskan dalam bahasa Batak tanpa mengetahui aksara sinilah diketahui kalau bahasa dan aksara Batak ini asli alias bukan menyadur dari bahasa Juga 10 Inspirasi Nama Bayi Laki-laki dari Bahasa BatakArti Opung dan Perbedaannya dengan Panggilan BoruFoto Tradisi Batak mengenai opung artinya apa sering kali ditanyakan karena ada banyak lagu-lagu Suku Batak yang judulnya bernama itu, masyarakat Batak juga sering menyebut kata ini saat bertemu dengan para anggota keluarga. Lantas sebenarnya opung artinya apa?Opung artinya adalah panggilan yang ditujukan untuk orangtua dari ayah atau ibu kita atau yang dalam bahasa Indonesia disebut sebagai kakek dan opung ini terbagi menjadi dua, yakni opung doli dan opung doli artinya adalah panggilan yang dikhususkan untuk kakek atau orang tua laki-laki dari ayah atau Juga Mengenal Ulos, Kain Khas Batak Toba yang Bernilai Seni TinggiSedangkan kata opung boru artinya adalah panggilan untuk nenek atau orang tua perempuan dari ayah atau beberapa orang yang tidak tahu istilah opung artinya apa karena sebenarnya kata opung ini adalah singkatan dari asli Suku Batak awalnya menyebut kakek atau nenek mereka dengan sebutan ada juga yang menyebut kakek atau nenek dengan sebutan opung atau bisa dikatakan kalau opung artinya sama saja dengan sebutan ompu atau Juga 8 Ragam Pakaian Adat Sumatera Utara dan Ciri Khasnya, dari Batak Toba, Mandailing, hingga NiasSilsilah Keluarga dalam Bahasa BatakFoto Silsilah Keluarga Batak lebih jelas lagi mengenai opung artinya adalah? Sebaiknya Moms mempelajari silsilah keluarga dalam bahasa bawah ini ada susunan silsilah keluarga dalam bahasa Batak, mulai dari yang dituakan hingga yang paling muda, yaituOpung Boru dan Opung DoliOpung boru dan opung doli adalah urutan paling atas dalam silsilah keluarga karena opung artinya adalah nenek atau doli adalah kakek dan opung boru adalah panggilan opung boru atau opung doli, Moms juga bisa memanggil kakek atau nenek dengan panggilan ompung boru atau ompung juga bisa memanggil kakek atau nenek dengan hanya menyebut kata opung atau ompung Juga 10 Pernikahan Adat dari Berbagai Suku di Indonesia, Ada Jawa, Sunda, Batak, Bugis, dan LainnyaAmang dan InangDi bawah opung boru dan opung doli ada amang dan inang. Amang merupakan panggilan untuk ayah kandung. Nama panggilan selain amang adalah among atau inang adalah panggilan kepada ibu kandung sendiri. Nama panggilan lainnya adalah inong atau adalah panggilan Moms kepada adik kandung maupun adik anggi juga ditujukan kepada orang lain yang semarga dan setingkatan dengan adik-adik anggi juga bisa diucapkan kepada istri dari adik Juga 8 Ragam Pakaian Adat Sumatera Utara dan Ciri Khasnya, dari Batak Toba, Mandailing, hingga NiasItoIto atau iboto merupakan panggilan orang Batak kepada saudara lawan panggilan ini berlaku untuk Moms memanggil saudara laki-laki, baik itu yang lebih muda maupun yang lebih laki-laki Moms juga bisa memanggil Moms dengan sebutan ito juga bisa digunakan untuk lawan jenis yang semarga atau seumuran dengan Juga 5 Fakta Menarik Sinamot, Tradisi Uang Mahar dalam Pernikahan Adat BatakHahaTerakhir ada panggilan haha yang merupakan sebutan untuk kakak kandung juga bisa digunakan sebagai panggilan kakak sepupu laki-laki atau orang lain yang semarga dan setingkatan dengan kakak laki-laki sekarang Moms sudah tahu kan kalau opung artinya adalah kakek atau nenek?Semoga dengan adanya penjelasan mengenai sejarah bahasa Batak dan silsilah keluarga, Moms bisa memahami dengan baik bahasa Batak dan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

Kisahcerita rakyat ini terjadi di Kota Tanjungbalai, akibat perbuatan yang mengabaikan atau durhaka terhadap terhadap orangtua yakni ibunya, kepada seorang pemuda desa dikutuk berubah menjadi sebuah daratan yang berada ditengah perairan, Pulau Simardan. Simardan adalah anak dari seorang janda miskin yang tinggal di desa.

ANALISIS STRUKTURAL DAN FUNGSI TERHADAP CERITA RAKYAT BATAK TOBA Mulajadi Na Bolon, Datu Parngongo, dan Angkalau Skripsi Oleh Daniel Simanullang 050701012 DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 Universitas Sumatera Utara PERNYATAAN Bersama ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini belum ditulis untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh. Medan, Sepetember 2009 Daniel Simanullang Universitas Sumatera Utara ANALISIS STRUKTURAL DAN FUNGSI TERHADAP CERITA RAKYAT BATAK TOBA Mulajadi Na Bolon, Datu Parngongo, dan Angkalau Oleh Daniel Simanullang 050701012 Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar sarjana dan telah di setujui oleh Pembimbing I, Pembimbing II, Dra. Peraturen Suka Piring, NIP 19441208 197412 2 001 Sitepu, NIP 19560403 198601 1 001 Departemen Sastra Indonesia Ketua Dra. Nurhayati Harahap, M. Hum. NIP 19621419 198703 2 001 Universitas Sumatera Utara PRAKATA Skripsi “Analisis Struktural dan Fungsi Terhadap Cerita Rakyat Batak Toba Mulajadi Na Bolon, Datu Parngongo, dan Angkalau” ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana sastra di Fakultas Sastra USU Medan. Untuk itu peneliti memanjatkan puji dan syukur atas selesainya penelitian ini. Skripsi ini membahas struktur dan fungsi yang ada dalam cerita rakyat Batak Toba. Cerita tersebut memiliki struktur yang sama dengan struktur karya sastra lainnya dan fungsi bagi masyarakat yang memilikinya. Untuk menyelesaikan penelitian ini, peneliti dibantu berbagai pihak baik dukungan moral dan material, untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada 1. Prof. Syaifuddin, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, PD I Drs. Aminullah, PD II Drs. Samsul Tarigan, dan PD III Drs. Parlaungan Ritonga, M. Hum. 2. Dra. Nurhayati Harahap, selaku Ketua Departemen dan Dra. Mascahaya, selaku Sekretaris Departemen Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. 3. Dosen Pembimbing skripsi I Dra. Peraturen Sukapiring, dan Dosen Pembimbing skripsi II Drs. Gustaf Sitepu, M. Hum. 4. Dosen pembimbing akademik peneliti, Dra. Anni Krisna Siregar almarhumah dan Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, 5. Seluruh staf pengajar dan pegawai administrasi di Departemen Sastra Indonesia USU. 6. Prof. Ahmad Samin Siregar, Drs. D. Syahrial Isa, dan Drs. Kabar Bangun† Universitas Sumatera Utara 7. Seluruh staf dan pegawai di Departemen Sastra Indonesia USU. 8. Keluarga besar Op Samuel Simanullang/br. Lbn Gaol dan Op Bonor Simanullang/br. Purba/br. Hutasoit . 10. Lae Gaol dan Ito R. Br. Manullang sebagai sosok orang tua pengganti bagi peneliti beserta keponakan,Yuda, Kevin, Lucy, dan Agnes. 11. Sosok yang sangat bermakna bagi peneliti, Melati Veronika Pakpahan dan keluarga. 12. Sahabat yang mewarnai hari-hari peneliti, Rikardo02, Baim, Ori, Tukimein, Zack, K’Rapi, Vina, Intan, Lilis, Eni, Lady, Sabrun,Wira, David, Reza, semua anak stambuk 2005, anak KBT Gopal, Jumadi, dan kawan-kawan, T “O”bang Awaluddin, PSS, Gemapala, adik-adik 06, 07, 2008, 2009 Dwi dan Lina yang mengajarkan Bahasa Melayu dan semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu. Akhirnya, dengan kebesaran hati, penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran senantiasa penulis harapkan dari Bapak/Ibu serta pembaca. Mudah-mudahan bermanfaat bagi pembaca. Medan, February 201 Penulis Daniel Simanullang Universitas Sumatera Utara ANALISIS STRUKTURAL DAN FUNGSI TERHADAP CERITA RAKYAT BATAK TOBA Mulajadi Na Bolon, Datu Parngongo, dan Angkalau Oleh Daniel Simanullang Abstrak Kata Kunci Foklore, motifeme, Batak Toba, struktural, dan fungsi Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur cerita rakyat Batak Toba dan fungsi cerita rakyat tersebut bagi masyarakat yang memilikinya dalam hal ini masyarakat Batak Toba. Penganalisisan ini diharapkan menambah bahan bacaan pembaca, peneliti tentang struktur dan fungsi cerita rakyat. Penelitian ini diharapkan mampu meperkaya refrensi ilmu sastra khususnya mata kuliah folklore. Teknik penelitian dilakukan dengan analisis deskriptif dengan mencatat data hasil analisis dalam kartu data yang terlebih dahulu naskah dibaca dengan metode pembacaan heuristik dan hermeneutik. Analisis dilakukan dengan memilah-milah struktur cerita rakyat sesuai dengan teori sturuktural Propp dan mengelompokkanya secara sederhana dalam motifeme-motifeme yang disampaikan oleh Alan Dundes. Kemudian dilanjutakan dengan penelitian berdasarkan teori fungsi yang disampaikan oleh William R. Bascom berdasarakan apa yang ada dalam cerita tersebut dan untuk melegitimasi teori fungsi tersebut peneliti menyebarkan angket dengan metode acak terhadap kelompok yang sesuai dengan syarat yang ditentukan peneliti dalam angket tersebut. Sehingga dari penganalisisan data tersebut dapat diperoleh hasil sebagai berikut. Cerita rakyat Batak Toba memiliki kesamaan bentuk motifeme-motifeme dengan cerita rakyat lainnya. Setiap bagian memiliki hubungan sebab akibat yang ditandai dengan adanya pelanggaran dan konsekuensi yang diterima akibat pelanggaran tersebut. Dari hasil analisis dapatlah disimpulkan bahwa cerita rakyat Batak Toba memiliki kesamaan motifeme/ function dengan cerita rakyat lainnya. Fungsi yang ada pada cerita rakyat memiliki fungsi yang sama dengan apa yang dijelaskan oleh William R Bascom dalam teori fungsi mengenai cerita rakyat. Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI PERNYATAAN ABSTRAK PRAKATA ....................................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1 Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1 Rumusan Masalah ................................................................................. 4 Pembatasan Masalah ............................................................................. 5 Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 5 Tujuan Penelitian ......................................................................... 5 Manfaat Penelitian ...................................................................... 4 Manfaat Teoritis ............................................................... 5 Manfaat Praktis ............................................................... 6 BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, dan TINJAUAN PUSTAKA.......... 7 Konsep .................................................................................................. 7 Struktur ........................................................................................ 7 Fungsi .......................................................................................... 7 Folklore........................................................................................ 8 Batak Toba ................................................................................... 8 Landasan Teori ...................................................................................... 9 Tinjauan Pustaka ................................................................................... 13 BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 15 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 15 Universitas Sumatera Utara Lokasi Penelitian ........................................................................ 15 Waktu Penelitian ......................................................................... 15 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 15 Teknik Analisis Data .............................................................................. 17 BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................. 25 Struktur Cerita Rakyat Batak Toba ........................................................ 25 Cerita Rakyat Debata Mulajadi Nabolon ...................................... 25 Struktur Cerita Legenda Datu Parngongo ..................................... 43 Struktur Cerita Dongeng Angkalau ............................................... 54 Analisis Fungsi ..................................................................................... 65 BAB V SIMPULAN dan SARAN .................................................................... 78 kesimpulan ............................................................................................. 78 Saran ..................................................................................................... 79 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 81 Universitas Sumatera Utara
Buy1 Get 1. Istilah ini memiliki arti yaitu beli 1 dapat 1. Sesuai namanya, Buy 1 Get 1 biasanya adalah promo di mana kamu mendapatkan 1 barang gratis dari 1 barang yang kamu beli. Jadi kamu bisa dapet 2 barang dengan harga yang lebih terjangkau. Nah, itu dia istilah-istilah belanja online yang sering kita jumpai. Untuk pembahasan kali ini kami mengulas mengenai suku batak yang dimana dalam hal ini meliputi bahasa, kesenian, kepercayaan dan mata pencaharian, nah agar lebih memahami dan dimengerti simak ulasannya dibawah ini. Sejarah Suku Batak Orang batak ialah penutur bahasa Austronesia dimana bahasa dan bukti-bukti arkeologi menunjukkan bahwa orang yang berbahasa Austronesia berasal dari Taiwan yang telah berpindah ke wilayah Filipina dan Indonesia sekitar tahun lalu pada zaman batu muda “Neolitikum”. Belum diketahui kapan nenek moyang orang Batak pertama kali berada di Tapanuli dan Sumatera Timur. Karena hingga sekarang belum ada artefak Neolitikum yang ditemukan di wilayah Batak maka dapat diduga bahwa nenek moyang Batak baru bermigrasi ke Sumatera Utara pada zaman logam. Bahasa Suku Batak Bahasa yang digunakan oleh orang Batak ialah bahasa Batak dan sebagaian juga ada yang menggunakan bahasa Melayu. Setiap puak memiliki logat yang berbeda-beda. Orang Karo menggunakan Logat Karo, sementara logat Pakpak dipakai oleh Batak Pakpak, logat Simalungun dipakai oleh Batak Simalungun dan logat Toba dipakai oleh orang Batak Toba, Angkola dan Mandailing. Baca Juga Sejarah Suku Mentawai Kesenian Suku Batak Tari Tor-tor merupakan kesenian yang dimiliki suku Batak, tarian ini bersifat magis, ada lagi Tari serampang dua belas yang hanya bersifat hiburan. Sementara alat musik tradisionalnya ialah Gong dan Saga-saga. Adapun warisan kebudayaan berbetuk kain ialah kain ulos. Kain hasil kerajinan tenun suku batak ini selalu ditampilkan dalam upacara perkawinan, mendirikan rumah, upacara kematian, penyerahan harta warisan, menyambut tamu yang dihormati dan upacara menari Tor-tor. Agama dan Kepercayaan Suku Batak Sebelum suku Batak Toba mengenal agama, mereka menganut sistem kepercayaan religi tentang Mulajadi na Bolon yang memiliki kekuasaan di atas langit dan pancaran kekuasaan-nya terwujud dalam Debata Natolu. Menyangkut jiwa dan roh, suku Batak Toba mengenal tiga konsep yaitu Tondi Merupakan jiwa atau roh seseorang yang merupakan kekuatan, oleh karena itu tondi memberi nyawa kepada manusia. Tondi di dapat sejak seseorang di dalam kandungan. Bila tondi meninggalkan badan seseorang, maka orang tersebut akan sakit atau meninggal, maka diadakan upacara mangalap “menjemput” tondi dari sombaon yang menawannya. Sahala Merupakan jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang, semua orang memiliki tondi tetapi tidak semua orang memiliki sahala. Sahala sama dengan sumanta, tuah atau kesaktian yang dimiliki para raja atau hula-hula. Begu Merupakan tondi orang telah meninggal, yang tingkah lakunya sama dengan tingkah laku manusia, hanya muncul pada waktu malam. Mata Pencaharian Suku Batak Pada umumnya masyarakat batak bercocok tanam padi di sawah dan ladang. Lahan didapat dari pembagian yang didasarkan marga. Setiap keluarga mendapat tanah tadi tetapi tidak boleh menjualnya. Selain tanah ulayat adapun tanah yang dimiliki perseorangan. Peternakan juga salah satu mata penvaharian suku batak antara lain perternakan kerbau, sapi, babi, kambing, ayam dan bebek. Penangkapan ikan dilakukan sebagian penduduk disekitar danau Toba. Sektor kerajinan juga berkembang, misalnya tenun, anyaman rotan, ukiran kayu, temmbikar, yang ada kaitnya dengan pariwisata. Sistem Kekerabatan Suku Batak Kekerabatan adalah menyangkut hubungan hukum antar orang dalam pergaulan hidup. Ada dua bentuk kekerabatan bagi suku Batak, yakni berdasarkan garis keturunan genealogi dan berdasarkan sosiologis, sementara kekerabatan teritorial tidak ada. Bentuk kekerabatan berdasarkan garis keturunan genealogi terlihat dari silsilah marga mulai dari Si Raja Batak, dimana semua suku bangsa Batak memiliki marga. Sedangkan kekerabatan berdasarkan sosiologis terjadi melalui perjanjian padan antar marga tertentu maupun karena perkawinan. Dalam tradisi Batak, yang menjadi kesatuan Adat adalah ikatan sedarah dalam marga, kemudian Marga. Artinya misalnya Harahap, kesatuan adatnya adalah Marga Harahap vs Marga lainnya. Berhubung bahwa Adat Batak/Tradisi Batak sifatnya dinamis yang sering kali disesuaikan dengan waktu dan tempat berpengaruh terhadap perbedaan corak tradisi antar daerah. Adanya falsafah dalam perumpamaan dalam bahasa Batak Toba yang berbunyi Jonok dongan partubu jonokan do dongan parhundul. merupakan suatu filosofi agar kita senantiasa menjaga hubungan baik dengan tetangga, karena merekalah teman terdekat. Namun dalam pelaksanaan adat, yang pertama dicari adalah yang satu marga, walaupun pada dasarnya tetangga tidak boleh dilupakan dalam pelaksanaan Adat. Baca Juga Sejarah Suku Pamona Adat Istiadat Suku Batak Setiap suku tentu memiliki pandangan hidup yang dipakai sebagai pedoman hidup. Falsafah masing-masing suku tidak jarang kali berbeda-beda sebab kepercayaan yang mereka yakini pun berbeda. Berikut ialah nilai-nilai adat yang dipunyai oleh Suku Batak Hagabeon Hagabeon ialah harapan masyarakat Batak guna mempunyai keturunan anak cucu yang baik. Di samping baik mereka pun selalu bercita-cita anak cucu mereka diberi kesehatan sebab adalahpenerus mereka. Tujuan utama dari pernikahan menurut keterangan dari orang Batak ialah mendapatkan keturunan. Bagi mereka keturunan ialah suatu keberhasilan yang patut dibanggakan. Terutama guna anak laki-laki yang seringkali akan meneruskan nama marganya. Uniknya lagi pada aturan adat kuno. Jika kamu orang Batak pada zaman dahulu, kamu akan diajak mempunyai 33 anak diantaranya 17 anak laki-laki dan 16 anak perempuan. Namun seiring pertumbuhan zaman, aturan tersebut sudah tidak sedikit ditinggalkan. Pada zaman kini yang dijadikan prioritas ialah kualitas dari seorang anak, bukan kuantitasnya. Maka bakal lebih dikhususkan untuk mengajar ketrampilan seorang anak dan menjangkau pendidikan yang tinggi. Uhum Dan Ugari Uhum dan ugari adalahhukum di masyarakat Batak. Orang Batak sangat mendirikan hukum dan memprioritaskan sikap keadilan. Hukum adat batak ini erat kaitannya dengan suatu kesetiaan dan jani. Jika terdapat yang melanggar suatu kesepakatan yang telah dijanjikan maka bakal menerima suatu sanksi. Misalnya andai anda ialah orang Batak dan mempunyai sebuah kesepakatan dan telah berjanji. Kemudian kamu berkhianat, maka kamu akan menerima sanksi serta bakal mendapat cacian dari masyarakat sekitar. Hukum untuk orang Batak adalah suatu urusan yang sangat urgen untuk ditaati. Marsisarian Marsisarian adalah sebuah nilai guna saling menghormati, mengerti, dan membantu. Nilai ini tercipta sebab adanya perbedaan dalam kehidupan bermasyarakat. Maka dari tersebut dengan adanya nilai ini dapat menanggulangi konflik sosial yang ada. Selain tersebut nilai ini pun mencegah terjadinya konflik lagi dalam kehidupan sosial. Hamoraan Hamoraan dalam bahasa indonesia memiliki makna kehormatan. Seseorang bakal terhormat bilamana mempunyai kekayaan dan sikap baik terhadap sesama. Contohnya andai anda ialah orang kaya namun tidak mau menolong yang kesusahan, maka kamu dianggap tidak mempunyai nilai hamoraan. Pangayoman Berdasarkan keterangan dari pendapat orang Batak pangayoman memiliki makna bahwa seluruh orang adalahpengayom. Mereka orang Batak bakal senantiasa saling melindungi antar satu sama lain. Nilai ini menjadikan orang Batak lebih berdikari dan tidak tidak jarang kali bergantung untuk orang lain. Baca Juga Sejarah Suku Baduy Rumah Adat Suku Batak Rumah adat Suku Batak mempunyai nama yakni Rumah Bolon. Rumah Bolon di Sumatera Utara mempunyai enam jenis lokasi tinggal yang berbeda. Karena Suku Batak mempunyai enam sub suku, yakni Simalungun, Batak Toba, Mandailing, Angkola, Karo, dan Pakpak. Meskipun jenis lokasi tinggal ini berbeda-beda tetapi perbedaan lokasi tinggal ini tidaklah banyak. Rumah bolon memiliki karakteristik yaitu terdapat dekorasi ornamen pada unsur tertentu. Hiasan ornamen tersebut seringkali berada di unsur dinding atas pintu. Hiasan ini ditujukan sebagai penolak kejelekan seperti bahaya dan penyakit. Ornamen yang terdapat pada lokasi tinggal bolon disebut dengan gorga, oleh karena tersebut rumah bolo biasa dinamakan dengan sebutan lokasi tinggal gorga. Gorga adalahukiran yang seringkali bergambar binatang. Binatang tersebut ialah cicak, ular, atau kerbau dan memiliki makna tertentu. Gorba seringkali diberi warna hitam, putih, dan merah. Gorga berbentuk gambar ular diandalkan oleh orang Batak bahwa ular sebagai petanda bahwa empunya rumah bakal mendapatkan berkah yang banyak. Gorga dengan format gambar cicak memiliki makna bahwa orang Batak dapat hidup dimana juga mereka berada. Salah satunya ialah saat merantau diinginkan orang Batak tidak bakal terputus tali persaudaraannya meskipun berada di wilayah yang jauh. Di samping itu, diinginkan juga saat bertemu dengan sesama sukunya di wilayah lain maka mesti saling mengikat persaudaran. Sedangkan gorga yang berbentuk kerbau adalahucapan terima kasih. Ucapan terima kasih itu ditujukan untuk kerbau yang selalu menolong menggarap pertanian mereka. Dalam mengerakan ladang pertanian orang Batak tidak sedikit menggunakan kerbau pada zaman dahulu sebelum adanya mesin traktor dan yang lainnya. Pada unsur atap lokasi tinggal bolon bentuknya lancip di depan dan belakang. Bentuk atap ini yang menciptakan rumah bolon terlihat indah. Pada unsur depan lokasi tinggal bolon lebih panjang diabndingkan unsur belakangnya. Dengan format rumah laksana ini diinginkan keturunan dari empunya rumah bisa menjadi orang yang sukses. Pada zaman kini ini, kamu akan jarang menenukan lokasi tinggal ini. Karena tidak sedikit orang Batak yang bukan lagi menggunakan format rumah bolon. Mereka sudah tidak sedikit mengalami peradaban sehingga memilih format rumah modern dikomparasikan rumah bolon. Baca Juga “Suku Tidore” Sejarah & Bahasa – Mata Pencaharian – Kekerabatan – Agama – Kepercayaan Pakaian Adat Suku Batak Suku Batak mempunyai pakaian adat yang paling terkenal, yakni kain ulos. Kain ulos telah dijadikan sebagai identitas guna Provinsi Sumatra Utara. Kain ulos adalahkain yang berbahan benang sutra dan ditenun secara manual. Pakaian ulos ini juga dipakai dalam kehidupan keseharian karena tidak sedikit yang menyenangi pakaian ini serta nyaman digunakan. Kain ulos mempunyai beranekaragam corak dan motif yang indah. Setiap motif yang dipunyai kain ulos mempunyai makna tertentu. Kain ulos yang ditenun seringkali berwarna merah, hitam, emas, dan putih. Pada upacara adat atau acara tertentu orang Batak akan memakai kain ulos ini sebagai selendang. Suku Batak ialah suku dengan warga terbesar di Indonesia, selain tersebut penduduknya pun tidak sedikit tersebar di semua Indonesia. Hal ini disebabkan ada sebuah doktrin dari nenek moyang mereka supaya keturunannya tidak jarang kali merantau ke sekian banyak tempat. Yang sangat dikenal dari Batak ialah salah satu sub sukunya yakni Batak Toba. Mungkin Dibawah Ini yang Kamu Cari

Namundalam Artikel ini saya akan menyampaikan mengenai suku Batak pada umumnya terdapat beberapa sudut pandang yang berbeda mengenai Asal-usul suku Batak. yang pertama ahli sejarah Batak ada yang mengatakan bahwa Si Raja Batak berasal dari daerah Thailand yang menyeberangi Pulau Sumatera bersama dengan rombongannya melalui semenanjung Malaysia

Cerita Rakyat Nusa Tenggara Timur Dongeng Suri Ikun dan Dua Ekor Burung The Jombang Taste menyapa Anda kembali melalui artikel cerita rakyat Batak. Kali ini penulis membagikan asal-usul saringgon. Pada jaman dahulu kala di daerah Batak, wilayah sekitar provinsi Sumatera Utara, hiduplah seorang raja yang mempunyai enam orang istri. Meskipun raja itu sudah beristri enam orang, tak seorang pun dari keenam istrinya itu mempunyai anak. Oleh karena itu raja tersebut menikah lagi dengan istrinya yang ketujuh. Cerita rakyat Batak menyebutkan kurang lebih satu tahun kemudian istrinya yang ketujuh itu melahirkan seorang anak laki-laki. Anak itu diberi nama Si Raja Omas. Sejak dikaruniai anak itu, sang Raja dan istrinya yang ketujuh merasa sangat bersuka cita. Sebaliknya enam orang istri sang Raja yang tidak mempunyai anak itu merasa sangat iri melihat kelahiran Si Raja Omas. Oleh karena itu pada suatu malam mereka mencuri Si Raja Omas dan mereka masukkan ke dalam sebuah labu besar yang sudah dikosongkan isinya. Kemudian labu besar itu mereka hanyutkan ke aliran sungai. Keesokan harinya seorang perempuan tua yang sedang menangkap ikan di sungai melihat labu besar itu hanyut terapung-apung. Karena tertarik melihatnya si perempuan tua mengambil labu tersebut dan membawanya pulang. Perempuan tua itu sangat gembira ketika dia menemukan seorang bayi di dalam labu besar itu. Seumur hidupnya sampai suaminya mati, dia tidak pernah memiliki anak. Maka Si Raja Omas dipelihara dengan penuh kasih sayang bagaikan anak kandungnya sendiri. Cerita rakyat Sumatera Utara menyebutkan bahwa setelah tumbuh menjadi seorang pemuda Si Raja Omas bekerja menyadap aren untuk mengambil niranya. Nira itu dijadikan tuak dan dijualnya di kedai yang didirikannya dekat rumahnya. Tuak yang dijual Si Raja Omas sangat istimewa rasanya sehingga terkenal ke mana-mana. Dari berbagai tempat orang ramai berdatangan minum tuak di kedai Si Raja Omas. Cerita rakyat Sumatera Utara terus berlanjut dengan kehidupan Si Raja Omas. Asal-usul Saringgon Orang makin ramai datang minum tuak ke kedai Si Raja Omas setelah tersiar cerita bahwa Si Raja Omas mempunyai gong kecil yang disebut mongmongan. Kalau mongmongan itu dibunyikan suaranya berkata-kata seperti manusia dan menyebutkan bahwa yang punya mongmongan itu bernama Si Raja Omas, penjual tuak yang istimewa. Sementara itu, di lain wilayah Batak terdengar kabar bahwa Sang Raja ayah Si Raja Omas sudah lama sakit-sakitan. Suatu ketika dia mendapat kabar bahwa di satu kampung ada seseorang menjual tuak yang sangat istimewa rasanya. Cerita rakyat Sumatera Utara menyatakan bahwa Sang Raja menyuruh seseorang untuk segera pergi membelinya. Setelah Sang Raja minum tuak tersebut penyakitnya langsung sembuh, kemudian sang Raja menemui si penjual tuak. Ketika sang Raja sampai di kedai Si Raja Omas, kebetulan Si Raja Omas membunyikan mongmongannya untuk menghibur orang-orang yang sedang minum tuak di kedainya itu. Seperti biasanya mongmongan itu mengeluarkan bunyi yang menyerupai orang yang berkata-kata. Bunyinya, “Lihatlah sang Raja sudah datang untuk minum tuak Si Raja Omas.” Mendengar suara mongmongan itu, tahulah sang Raja bahwa pemuda yang menjual tuak itu adalah anaknya, Si Raja Omas yang dahulu hilang ketika masih kecil. Dengan perasaan yang sangat gembira sang Raja mengatakan kepada Si Raja Omas bahwa dia adalah putranya. Untuk mengetahui apakah perkataan raja itu benar atau tidak, Si Raja Omas mengajak raja itu menemui perempuan tua yang dianggapnya sebagai ibu kandungnya selama ini. Ketika mereka sudah bertemu perempuan tua bercerita tentang asal usul si Raja Omas. Dengan alasan untuk membalas budi perempuan tua itu sang Raja mengizinkan Si Raja Omas untuk tetap tinggal bersama, sampai waktunya nanti Si Raja Omas dinobatkan menjadi raja untuk menggantikannya. Kisah legenda asal-usul saringgon pun berlanjut. Asal-usul Reog Kendang Tulungagung dari Legenda Dewi Kilisuci, Joko Lodra dan Singa Lodra Cerita Rakyat Batak Pada suatu hari perempuan tua itu menyuruh Si Raja Omas pergi mandi ke sebuah telaga di tengah hutan. Cerita rakyat Batak menyebutkan bahwa ketika Si Raja Omas sampai ke dekat telaga itu tampak olehnya tujuh orang gadis yang sangat cantik sedang mandi. Pakaian mereka terletak di atas semak-semak yang tumbuh di tepi telaga. Dengan sembunyi-sembunyi, Si Raja Omas mengambil salah satu pakaian dan menyembunyikannya. Ketujuh gadis cantik itu adalah putri dewa yang turun dari kayangan untuk mandi di bumi. Selesai mandi, mereka mengenakan pakaiannya masing-masing dan terbang kembali ke kayangan. Namun, salah seorang dari mereka, yaitu yang bungsu, tak bisa terbang kembali ke kayangan. Disebutkan dalam kisah asal-usul saringgon bahwa karena pakaiannya sudah diambil dan disembunyikan Si Raja Omas. Akhirnya Si Raja Omas kawin dengan putri bungsu si dewa itu. Meskipun sudah menjadi istri Si Raja Omas, putri dewa itu tak henti-hentinya mencari pakaiannya yang disembunyikan Si Raja Omas agar dia bisa kembali ke kayangan. Setahun kemudian, lahirlah anak mereka. Menurut Si Raja Omas, karena mereka sudah punya anak istrinya tidak akan mau lagi kembali ke kayangan. Oleh karena itu, dia tidak lagi selalu mengawasi istrinya itu. Dengan demikian, istrinya mendapat peluang yang lebih banyak untuk mencari pakaiannya yang disembunyikan Si Raja Omas. Legenda Pulau Majeti dan Prabu Selang Kuning Legenda Rakyat Batak Pada suatu hari, istri berhasil Si Raja Omas menemukan pakaiaannya yang sudah lama disembunyikan suaminya. Pakaian itu segera dikenakannya dan kemudian dia buru-buru mengambil anak mereka yang sedang tidur di ayunan. Akan tetapi, Si Raja Omas cepat-cepat mengambil anak itu dan berusaha menangkap istrinya. Dengan cekatan, istrinya mengelak dan terbang berputar-putar di atas rumah. Melihat istrinya berbuat demikian, Si Raja Omas segera mengambil ramuan yang tidak enak baunya dan menggunakan ramuan itu untuk mengotori wajah anaknya. Si Raja Omas berbuat demikian agar istrinya tidak berani mengambil anak itu. Dalam kisah legenda saringgon dari Batak disebutkan bahwa istrinya sangat benci kepada ramuan yang tidak enak baunya. Tak lama kemudian, terbanglah istri Si Raja Omas ke angkasa. Namun, kedua orang tuanya tidak mengizinkan dia masuk ke kayangan karena dia sudah terlalu lama tinggal di dunia. Oleh karena itu, menjelmalah istri Si Raja Omas menjadi saringgon, yaitu angin yang menderu-deru menerbangkan hujan lebat. Semenjak itu setiap kali kaum ibu di Simatungun mendengar saringgon, mereka segera melumuri wajah bayi atau anak mereka yang masih kecil dengan ramuan yang tidak enak baunya. Mereka meniru perbuatan Si Raja Omas guna menyelamatkan anaknya dari putri kayangan yang telah menjelma menjadi saringgon. Demikianlah asal-usul saringgon yang didapatkan dari legenda Si Raja Omas. Pesan moral cerita rakyat batak ini adalah jangan sampai kita menyimpan kebohongan dalam hidup karena kelak dapat menyebabkan masalah. Amanat cerita rakyat Sumatera Utara ini adalah agar kita selalu mengutamakan kejujuran dalam bergaul dengan sesama manusia. Semoga kisah legenda saringgon ini bisa menambah wawasan Anda. Daftar Pustaka Hidayat, Kidh 2008. Dongeng Rakyat Se-Nusantara. Jakarta Pustaka Indonesia. Abdulwahid, dkk. 2008. Kodifikasi Cerita Rakyat Daerah Wisata Pangandaran, Jawa Barat. Bandung Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Lubis, Pangaduan Z. 1996. Cerita Rakyat dari Simalungun Sumatera Utara. Jakarta Grasindo. Navis, 2001. Cerita Rakyat dari Sumatra Barat. Jakarta Grasindo. Rahimsyah. 2001. Kumpulan Cerita Rakyat dan Sejarah Nasional. Surabaya Terbit terang. Reza, Marina Asril. 2008. Cerita Terbaik Asli Nusantara. Jakarta Visimedia. Tim Optima Pictures. 2010. Cerita Nusantara Kumpulan Dongeng, Epos, Fabel, Legenda, Mitos dan Sejarah. Jakarta TransMedia. Sumardiyanto, Anwar dan Eka Katminingsih. 2011. Cerita Rakyat. Sidoarjo Dunia Ilmu. Artikel Terkait

Beranda» Karya Sastra » Prosa » CERITA RAKYAT DALAM BAHASA DAERAH@PAGARALAM-SUMSEL. CERITA RAKYAT DALAM BAHASA DAERAH@PAGARALAM-SUMSEL. Jumat, 25 Di dusun lembak lah ade puskes, uji ade dutore di sane. Nangkahlah aku batak Takim ke sane. Batak besuntik kudai. "Ude amu lukitu, aku kah ndulu" Kate Endung sambel nyinjat serindak ngah

Home » Sudut Pandang » Cerita dari Batak Toba Gender, Perempuan, dan Budaya Patriarki Laki-laki dan perempuan dibedakan berdasarkan gender, diantaranya sifat biologis, fisik dan psikis. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan tersebut sering melahirkan perdebatan apalagi di era saat ini. Perdebatan peran akhirnya memunculkan beberapa paham dan budaya, salah satunya budaya patriarki. Budaya ini berlaku pada suku Batak Toba. Perempuan Batak Toba mendapat diskriminasi gender dalam adat. Seorang istri harus selalu berada di bawah otoritas suami, serta saudara perempuan harus menghormati saudara laki-laki dan memiliki peran di bagian dapur sebagai parhobas pelayan dalam setiap acara kekeluargaan. Budaya patriarki adalah sistem yang memposisikan laki-laki sebagai pemilik otoritas dan kekuasaan dalam setiap aspek kehidupan. Perempuan dalam sistem ini tidak memiliki kebebasan dan selalu berada di bawah kuasa laki-laki. Di zaman prasejarah saat manusia masih belum mengenal tulisan, kedudukan perempuan dan laki-laki sama. Hal tersebut diperkuat oleh tulisan Simon de Beauvoir dalam bukunya The Second Sex, yang dikutip oleh Tobing 199991-92. Perempuan pada zaman itu memiliki peran penting seperti melahirkan, mengurus keluarga, dan menjahit pakaian bagi keluarganya. Sedangkan laki-laki bertugas mencari makan dan melindungi keluarga dari hal-hal di luar. Selain itu, pemegang otoritas dalam keluarga adalah perempuan. Namun peran tersebut dianggap sederajat, karena masing-masing memiliki keunggulan dalam aspek kehidupan. Setelah terjadi kemajuan zaman, pekerjaan perempuan tergantikan dengan adanya alat-alat yang bisa membantu. Majunya teknologi saat itu membuat laki-laki menjadi lebih dominan dan peran perempuan menurun. Banyak pekerjaan perempuan yang digantikan laki-laki dengan bantuan alat. Kesenggangan peran tersebut terus terjadi sampai lahirnya revolusi industri di Inggris, peran perempuan dalam membuat pakaian pun tergantikan oleh kemajuan teknologi saat itu. Derajat perempuan menjadi di bawah laki-laki, bahkan laki-laki dihormati seperti raja dalam keluarga Tobing 199991-92. Budaya tersebut berbalik setelah lahirnya revolusi industri di Inggris, saat itu alat-alat yang dapat membantu pekerjaan manusia bermunculan, sehingga pekerjaan perempuan banyak yang tergantikan dengan memanfaatkan alat-alat yang ada. Majunya industri saat itu berdampak pada peran laki-laki yang lebih menonjol dari pada perempuan. Sistem tersebut akhirnya terus berkembang dan diturunkan ke setiap generasi sebagai adat istiadat yang harus dilakukan. Di Indonesia sendiri budaya patriarki masih sangat kental meskipun sebelumnya sudah ada pelopor emansipasi wanita yakni Kartini, tapi tetap saja banyak yang memandang perempuan sebagai makhluk lemah yang hanya bisa dijadikan objek. Perempuan dianggap tidak layak memimpin dan tidak akan pernah bisa menyaingi laki-laki dalam berbagai aspek. Segala yang berhubungan dengan sosial, ekonomi, dan politik adalah ranah laki-laki, sedangkan perempuan hanya boleh fokus pada ranah domestik. Budaya patriarki ini banyak terjadi di berbagai daerah, suku, bahkan bangsa. Bahkan dari banyaknya suku di Indonesia beberapa di antaranya juga masih menganut budaya patriarki. Salah satu suku yang terkenal dengan patriarkinya adalah suku Batak. Suku Batak cukup dikenal dengan suku yang masih memegang kuat adat istiadat dan budayanya. Ke mana pun dan di mana pun, suku Batak tetap kental dengan adatnya. Selain itu, suku Batak juga dikenal sebagai suku yang orang-orangnya banyak merantau ke hampir setiap daerah di Indonesia. Khususnya di pulau Jawa. Saat merantau pun orang-orang Batak di perantauan tidak melupakan dan tidak lepas dari adat istiadatnya. Bahkan mereka membuat kumpulan-kumpulan Batak berdasarkan marga atau tempat tinggal. Suku Batak sendiri terbagi berdasarkan wilayahnya, yaitu Batak bagian selatan, timur dan utara Danau Toba. Bagian selatan yaitu Batak Toba dan Angkola. Bagian timur Batak Simalungun, sedangkan bagian utara Batak Karo dan Batak Dairi atau biasa disebut Pak-pak. Suku Batak Toba adalah salah satu yang paling menonjol dan sering terdengar namanya. Budaya patriarki dalam suku Batak khususnya Batak Toba bisa dibilang masih melekat dan telah berkembang menjadi tradisi. Dalam suku Batak Toba terdapat sistem kekerabatan yang menampilkan budaya patriarki yaitu Dalihan Na Tolu dalam bahasa Indonesia berarti Tungku Nan Tiga. Tiga unsur dalam Dalihan Na Tolu diantaranya – Manat Mardongan Tubu kerabat satu marga, artinya memelihara hubungan antar kerabat satu marga khususnya laki-laki. – Elek Marboru anak perempuan, artinya membujuk dan mengayomi saudara perempuan. – Somba Marhula-hula keluarga perempuan, saudara perempuan harus hormat kepada saudara laki-laki dan orang tua. Sistem kekerabatan tersebut masih sangat kental digunakan dan diterapkan suku Batak sebagai sikap dalam memperlakukan orang lain. Dua diantaranya dilakukan setelah ada pernikahan, yaitu Elek Marboru dan Somba Marhula-hula. Dua unsur tersebut merupakan cerminan patriarki antara saudara laki-laki dan saudara perempuan. Dalam setiap acara adat biasanya saudara perempuan tidak begitu dipandang dan hanya sebagai tamu yang tidak banyak ikut andil dalam acara utama, tapi memegang peran di dapur atau sering disebut parhobas yang artinya pelayan. Sedangkan saudara laki-laki menjadi raja dan tokoh utama dalam acara adat. Itu harus dan mutlak. Dalam adat masyarakat Toba, perempuan dipandang sebagai anak yang berada di urutan kedua, sedangkan anak laki-laki di urutan pertama, bahkan dianggap raja. Anak laki-laki dalam suku Batak sangat diagungkan dan diharapkan. Hal ini terjadi karena laki-laki memiliki peran besar dalam membawa dan meneruskan nama keluarga atau biasa disebut marga. Marga adalah identitas berharga dan penting dalam suku Batak. Sebagai tanda kekerabatan marga hanya diturunkan dari laki-laki. Anak perempuan dalam suku Batak Toba dianggap penting dalam hal menghasilkan penerus bagi marga para laki-laki. Bisa dikatakan dalam satu keluarga dipandang cacat jika tidak memiliki anak laki-laki, tapi tidak berpengaruh jika tidak memiliki anak perempuan. Untuk anak perempuan, marga hanya akan berhenti sampai mereka saja, bahkan setelah menikah mereka akan lebih dikenal lewat marga laki-laki atau suami. Setelah menikah, anak perempuan akan ikut sepenuhnya ke keluarga suami karena dia telah dibeli dengan sinamot, sehingga dia tidak begitu wajib dalam membantu mengurus orang tua, tapi wajib mengurus mertua. Patriarki antara suami dan istri di suku Batak Toba tidak jauh berbeda dengan suku dan daerah lainnya. Perempuan harus mengurus rumah dan keluarga, melayani suami dengan baik, patuh, dan hormat terhadap suami tanpa bantahan apapun. Laki-laki sebagai pemimpin yang memegang kendali dan aktif terjun ke publik. Saat ini, zaman semakin berkembang dan semakin banyak yang memperdebatkan bahkan menyatakan dengan terang-terangan kontra terhadap budaya patriarki. Perempuan pun sudah mulai muncul dan terlibat dalam hal-hal umum di masyarakat, begitupun perempuan Batak Toba. Bahkan dalam beberapa kejadian perempuan Batak sering dianggap lebih keras dan bijak daripada laki-laki, terutama dalam hubungan rumah tangga. Namun dalam adat istiadat terutama dalam sistem Dalihan Na Tolu, kedudukan perempuan masih belum mengalami perubahan atau mungkin tidak akan mengalami perubahan. Adat istiadat yang telah lama diturunkan dan sangat kental dalam suku Batak membuat budaya patriarki tersebut akan terus berlangsung. Pihak perempuan Batak pun sejauh ini masih menerima dan merasa layak diperlakukan seperti itu. Referensi Simanjuntak, R. S. R. 2021. Eksistensi Perempuan Batak Toba di Parlemen Kabupaten Samosir dalam Budaya Patriarki. Romaia, N. N. 2001. POSISI PEREMPUAN DALAM ADAT DAN KEBUDAYAAN MASYARAKAT BATAK TOBA Studi Deskriptif Tentang Subordinasi Perempuan Batak Toba di Yogyakarta Dilihat dari Sistem Ke. kerabatan Daliban Na Tolu Doctoral dissertation, UAJY.

17 Cerita Rakyat Yang Paling Menarik Dan Populer via Nabi Nuh Lengkap Dengan Gambar - Ceritain Bergambar via ceritainbergambar.blogspot.com 1001+ Cerita Rakyat Nusantara, Pendek, Yang Melegenda Di via salingamanah.com
Wajah Sigale-gale. Sumber Wiki. Rupanya menyerupai manusia. Pada tubuh yang mematung itu dipakaikan busana orang dewasa sementara bahunya diselempangkan kain ulos. Matanya memancarkan tatapan kosong. Namun, ketika alunan musik gondang berdentang, tubuhnya bergerak bak penari tortor yang piawai. Siapa saja yang melihatnya niscaya akan turut terbuai lantas ikut menari. Begitulah sosok Sigale-gale, boneka kayu yang berada di Desa Tomok, Pulau Samosir, Sumatra Utara. Namun, Anda tidak perlu takut terhadap Sigale-gale. Di belakang podium tempat Sigale-gale berdiri, ada seorang dalang yang mengendalikan gerakan Sigale-gale. Tarikan benang dalang yang tersembunyi itulah yang membuat Sigale-gale seolah menari sendiri. Sigale-gale sendiri dalam bahasa Batak Toba berarti lemah gemulai. Legenda tentang Sigale-gale menurut perkiraan masyarakat Batak, seperti diteliti M. Saleh dalam Seni Patung Batak dan Nias, menyatakan bahwa kehadirannya bersamaan dengan seni topeng yang terdapat di daerah itu. Oleh karenanya, legenda Sigale-gale tidak ditemukan dalam hikayat-hikayat lama suku Batak Toba atupun pustaha Batak. Dari cerita rakyat yang diwariskan turun-temurun, legenda Sigale-gale mengakar bersama masyarakat Batak sebagai kearifan lokal. Dikisahkan, Sigale-gale bernama asli Manggale, putra tunggal dari seorang raja. Suatu ketika, Manggale gugur ketika bertempur melawan kerajaan seberang. Kematian Manggale menyebabkan dukacita mendalam bagi sang raja. Untuk menghidupkan kembali Manggale, seorang datu menyarankan raja untuk membuat patung yang menyerupai Manggale. Para pemahat terbaik di seantero kerajaan pun dikerahkan. Dengan kekuatan mantra para datu, patung Manggale itu bisa bergerak dan menari. Sang raja pun bungah kembali. Seluruh kerajaan mengadakan pesta tujuh hari tujuh malam menari bersama patung Manggale. Demikianlah legenda populer yang dituturkan pemandu wisata setempat bila kita berkunjung ke sana. Patung Sengketa Versi lain tentang kemunculan Sigale-gale sarat dengan nilai adat dan tradisi Batak yang menjunjung betapa pentingnya keturunan. Tersebutlah seorang ahli patung tersohor bernama Datu Panggana. Suatu ketika, Datu Panggana berhasil membuat patung berwujud seorang anak gadis dari kayu yang dipahatnya di hutan. Saat Datu Panggana terkagum-kagum menyaksikan hasil karyanya itu, datanglah pedagang bernama Bao Partiga-tiga melintasi hutan. Bao Partiga-tiga ternyata kagum dengan patung buatan Datu Panggana. Atas izin Datu Panggana, Bao Partigatiga mendandani patung itu dengan pakaian dan perhiasan dagangannya. Hari menjelang petang. Bao Partiga-tiga berusaha menanggalkan perhiasan dan pakaian yang melekat pada tubuh patung. Usahanya kandas, pakaian dan perhiasan tidak dapat lepas. Bao Partiga-tiga lantas pulang ke kampungnya dengan hati yang tidak ikhlas. Begitupun dengan Datu Panggana yang terpaksa meninggalkan hutan. Dalam benaknya, patung itu akan digotong keesokan hari dengan bantuan orang-orang sekampungnya. Namun, sebelum Datu Panggana tiba, pada pagi hari lewatlah seorang dukun tua bernama Datu Partaoar. Membuat Patung Sigale-Gale, sekira tahun 1937-1941. Foto KITLV Seperti Bao Partigatiga, Datu Partoar juga takjub dengan patung yang dilihatnya. Timbul niatan hatinya untuk menghidupkan patung tersebut. Dengan ramuan sakti sambil merapal mantra, Datu Partaoar membuat patung itu bergerak dan berlaku seperti manusia. Bukan main girangnya hati Datu Partaoar apalagi kerinduannya memiliki anak boru putri telah terpenuhi. Setibanya Datu Partaoar di rumah, kebahagiaan yang sama dirasakan sang istri pula. Pasangan suami-istri itu sepakat memberi nama si patung Nai Manggale. Pada hari pasar dibuka, Nai Manggale diperkenalkan sebagai putri angkat Datu Partaoar. Setiap pasang mata terpana menyaksikan kecantikan Nai Partaoar yang pandai menari. Berita tentang Nai Manggale tersiar kemana-mana, termasuk Datu Panggana dan Bao Partigatiga. Baik Datu Panggana, Bao Partiga, dan Datu Partaoar bersikukuh merasa memiliki Nai Manggale sebagai anak mereka. Ketiganya pun mengadukan permasalahan ini kepada raja. Namun, raja tidak kuasa memecahkan konflik kepemilikan tersebut. Raja menyarankan agar mereka mendatangi Aji Bahir-Bahir, sesepuh yang disegani karena kecerdasannya. Setelah mengamati duduk perkara dengan seksama, Aji Bahir-Bahir memutuskan bahwa ketiganya memang layak menjadi keluarga Nai Manggale. Datu Partaoar menjadi ayahnya, Bao Partiga-tiga menjadi iboto abang, dan Datu Panggana menjadi tulang paman. Status kekerabatan tersebut akhirnya diteima dengan lapang dada oleh semua pihak yang bertikai. Dengan demikian, ketika Nai Manggale kemudian dipersunting oleh Datu Partiktik, Bao Partigatiga dan Datu Panggana berhak mendapat bagian atas sinamot uang mahar pernikahan. Tahun-tahun berlalu. Nai Manggale dan Datu Partitktik hidup berumahtangga tanpa dikaruniai seorang anak. Kesepian membuat Nai Manggale jatuh sakit. Sebelum meninggal, Nai Manggale berwasiat agar pamannya Datu Panggana membuatkan patung anak laki-laki yang mirip dengan Nai Manggale. Lagi, Nai Manggale berpesan, hendaknya patung itu diberi nama Sigale-gale. “Dan sejak itulah, patung Sigale-gale sebuah patung kematian. Patung yang senantiasa dibuat bila seorang meninggal tanpa meninggalkan keturunan,” tulis Rayani Sriwidodo dalam Si Gale-Gale. Pertunjukan Sigale-gale tahun 1971. Foto Tropen Museum. Pagelaran upacara Sigale-gale selalu diiringi dengan musik gondang dan tari tor-tor. Upacara seperti itu, menurut Kamus Budaya Batak Toba yang disusun Marbun dan Hutapea, dinamai upacara papurpur sapata. Seperti halnya ritual tolak bala, upacara ini bertujuan agar keluarga atau kerabat yang ditinggalkan hendaknya selalu memperoleh keturunan, bukan seperti orang yang meninggal tersebut. Dari Ritus ke Pertunjukan Boneka Sigale-gale ada kalanya dibuat tanpa kepala. Kemudian, pada bagian kepala itu, ditempatkan tengkorak orang yang meninggal. Muka patung diwarnai dengan kuning telur sedangkan matanya terbuat dari buah-buahan merah atau besi berbentuk mata. Raga patung dikenakan pakaian yang bagus dan berharga. Sementara itu, rambutnya terbuat dari rambut kuda, lengkap dengan ikat kepala. Kepercayaan Batak kuno, terutama di sekitar Danau Toba meyakini, meyakini roh seseorang dapat menitis ke dalam patung ini. Pada masa lampau, perhelatan ritual Sigale-gale digelar bagai pesta rakyat yang megah. Biaya yang dikeluarkan terbilang besar. Penyelenggaranya, kata Dada Meuraxa dalam Sejarah Kebudayaan Suku-Suku di Sumatera Utara, harus sanggup menjamin para keluarga dan undangan yang datang dari berbagai kampung. Menurut kebiasaan di Toba, jika seorang meninggal tanpa keturunan lelaki harus diselenggarakan pesta kematian yang besar. Pada kesempatan itulah diadakan tarian boneka Sigale-gale yang merupakan perwakilan dari orang yang meninggal. “Tujuannya sekadar meringankan kehidupannya yang malang di alam baka,” kata Vergouwen dalam Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba. Vergouwen merupakan ahli hukum adat kebangsaan Belanda yang pernah bertugas di Tapanuli pada 1927-1930 Namun, semenjak masuknya agama Kristen ke Tanah Batak, upacara Sigale-gale tidak lagi menjadi ritus yang dikultuskan. Kendati demikian, boneka Sigale-gale tidak lantas lenyap. Kini, ia hanya menjadi sekedar pertunjukan hiburan yang mencerminkan budaya masyarakat Batak.
1 Sejarah Batak Asli. Cerita Si Raja Batak, dalam versi aslinya, bermula dari rombongan yang berasal dari Thailand, yang mana menyeberang ke Sumatera. Rutenya sendiri diyakini mengambil jalur ke Semenanjung Malaysia, hingga akhirnya sampai ke Sianjur Mula-mula serta menetap disana. Tentunya wilayah tersebut, meski sudah mengalami berbagai
Hello, Sobat Ilyas! Apa kabar hari ini? Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas tentang bahasa Batak, bahasa yang digunakan oleh suku Batak di Indonesia. Bahasa ini sangat kaya akan budaya dan tradisi yang unik, dan telah menjadi bagian penting dari sejarah Indonesia. Mari kita pelajari lebih lanjut tentang bahasa Batak. Asal Usul Bahasa Batak Bahasa Batak berasal dari suku Batak yang tinggal di Sumatera Utara. Bahasa ini memiliki dialek yang berbeda-beda, tergantung pada wilayah di mana suku Batak tersebut tinggal. Bahasa Batak juga memiliki banyak pengaruh dari bahasa-bahasa tetangga, seperti bahasa Melayu, Jawa, dan Minangkabau. Ciri Khas Bahasa Batak Bahasa Batak memiliki ciri khas yang unik dan mudah dikenali. Salah satu ciri khasnya adalah penggunaan kata hu’ atau ho’ sebagai kata sapaan. Selain itu, bahasa Batak juga memiliki banyak kata-kata yang memiliki arti ganda, tergantung pada konteks dan cara pengucapannya. Budaya dan Tradisi Bahasa Batak Bahasa Batak sangat erat kaitannya dengan budaya dan tradisi suku Batak. Bahasa ini sering digunakan dalam upacara adat, seperti pernikahan, kematian, dan pertanian. Selain itu, bahasa Batak juga digunakan dalam seni dan sastra, seperti lagu-lagu tradisional dan pantun. Pengaruh Bahasa Batak di Indonesia Bahasa Batak telah memberikan pengaruh yang besar dalam kebudayaan Indonesia. Bahasa ini telah menjadi bagian penting dari sejarah Indonesia, terutama dalam perjuangan melawan penjajahan Belanda. Selain itu, bahasa Batak juga telah memberikan kontribusi dalam seni dan sastra, seperti dalam lagu-lagu daerah dan cerita rakyat. Belajar Bahasa Batak Jika Sobat Ilyas tertarik untuk belajar bahasa Batak, ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Salah satunya adalah dengan mempelajari kosakata dan tata bahasa dasar. Selain itu, Sobat Ilyas juga bisa mempraktikkan bahasa Batak dalam percakapan sehari-hari dengan teman atau keluarga yang berasal dari suku Batak. Kesimpulan Itulah beberapa hal yang perlu Sobat Ilyas ketahui tentang bahasa Batak. Bahasa yang kaya akan budaya dan tradisi suku Batak ini sangat menarik untuk dipelajari dan dipraktikkan. Mari kita lestarikan bahasa Batak sebagai bagian penting dari sejarah dan kebudayaan Indonesia. Sampai jumpa kembali di artikel menarik lainnya!
CeritaLengkap Legenda Batu Marsiompaan.Cerita Rakyat yang datang dari Tanah Batak,Tentunya sangat banyak,meskipun tidak setenar kisah Danau Toba Atau Samosir.Namun,Cerita Rakyat ini,sudah menjadi Sejarah nyata yang ada di tanah batak,dimana di barengi dengan bukti nyata berupa Bentuk fisik seperti cerita legenda batak yang mengangkat nama "Batu Marsiompaan"Yang jika di terjemahkan kedalam bahasa Indonesia Artinya Batu "Bertindih","Berpelukan","Bergendongan".
cerita rakyat dari sumatera utara Berbicara tentang cerita rakyat, tidak akan terpisah dari mitos atau legenda terkait keberadaan suatu tempat atau kebudayaan. Cerita rakyat menjadi salah satu kekayaan akan keberagaman budaya serta cerita dari Indonesia. Setiap daerah memiliki cerita rakyat yang kisahnya cukup menarik dan memberikan nilai-nilai moral yang sarat akan makna. Sumatera Utara sebagai salah satu provinsi di pulau Sumatera, Indonesia, juga memiliki berbagai cerita rakyat menarik yang datang dari suku Toba, Pakpak, Karo, Simalungun, Mandailing dan berbagai etnis lainnya yang tinggal dan hidup di setiap kabupaten di provinsi tersebut. Legenda tersebut, ada yang mengkisahkan tentang terjadinya suatu obyek/tempat dan ada pula mengenai asal mula terbentuknya suatu marga. Masing-masing cerita itu tentu menyiratkan pesan moral, nasihat dan kebaikan bagi para pembaca. Untuk melestarikannya, tim berupaya untuk mengumpulkan cerita rakyat terbaik dari Sumatera Utara. 1. Terjadinya Danau Toba dan Pulau Samosir Cerita rakyat dari masyarakat suku Batak ini berkisah tentang keberadaan seorang pemuda bernama Toba yang kemudian menikah dengan seorang putri dari khayangan. Toba akhirnya memiliki anak dan diberi nama Samosir. Pada suatu ketika, Samosir diminta oleh ibunya untuk mengantarkan makanan kepada ayahnya di ladang. Di perjalanan, Samosir merasa lapar dan memakan titipan ibunya hingga habis dan tersisa tulang saja. Mengetahui hal tersebut, Toba marah dan memakinya anaknya dengan sebutan ikan. Ibunya yang melihat Samosir menangis akhirnya murka karena Toba melanggar perjanjian. Wanita tersebut kemudian memutuskan untuk kembali ke khayangan. Toba meminta maaf namun tak digubris sama sekali. Selepas kepergian wanita itu, tiba-tiba hujan turun begitu lebat sehingga terbentuklah danau terbesar di Asia Tenggara yang kelak diberi nama Danau Toba dengan sebuah pulau ditengahnya dan diberi nama Pulau Samosir. 2. Legenda Lubuk Emas dari Nias Alkisah di Teluk Dalam Nias Selatan seorang raja bernama Simangolong mempunyai seorang putri bernama Sri Padan. Ia bak gadis sempurna, diwariskan wajah rupawan, giat bekerja dan tak segan turun tangan membantu orang di sekitarnya. Keanggunan Sri Pandan tak hanya memikat pemuda Nias. Namun, tak sedikit keturunan raja terang-terangan menyatakan keinginan mereka untuk menikahi Sri Padan. Suatu ketika, Kerajaan Aceh menjatuhkan lamaran. Rasa bahagia menyelimuti Raja Simangolong. Ketika memberi tahu sang putri, Sri Pandan justru menangis tersedu-sedan. Dalam isaknya, Sri Pandan akhirnya jujur dan mengakui jika ia telah menjalin hubungan dengan Hobatan, pria yang selama ini merupakan pembantu Simangolong. Bulat sudah tekad Sri Pandan, ia mengajak Hobatan pergi meninggalkan kerajaan. Sayang, justru penolakan yang diberikan lelaki yang ia cintai itu. Sakit hati, ia pun berkemas sendiri dan meninggalkan kerajaan. Tujuannya satu, yaitu ke sebuah aliran sungai bernama Lubuk Asahan. Dengan lantang, Sri Pandan bersumpah jika tak akan ada lagi wanita cantik di Teluk Dalam, ia pun menerjunkan diri bersama emas dan pakaian yang ia kemas dari dari kerajaan. Hilangnya sang putri membuat gempar. Hobatan pun angkat suara dan menyebut jika Sri Pandan telah melarikan diri dan terjun ke sungai yang kini diberi nama Lubuk Emas. 3. Cerita Terjadinya Lau Kawar Lau Kawar merupakan danau di kaki Gunung Sinabung. Di balik keindahannya, terdapat asal mula terjadinya Danau Lau Kawar yang tak banyak orang ketahui. Berikut ceritanya Lembah hijau dan subur di sudut Naman Teran menjadi tempat tinggal bagi Kawar. Di sana, ia tinggal bersama istri, anak dan juga ibu kandungnya. Semula, tak ada yang berbeda dengan keluarga itu, hingga terjadilah murka dari si ibu. Hal itu bermula ketika Kawar dan keluarganya akan menanami padi di ladang. Si ibu yang renta dan sudah tua tak bisa ikut. Menjelang siang, Kawar pun menyuruh anaknya untuk mengantarkan makanan kepada sang nenek. Sayang, cucu dari ibu Kawar malah menghabiskan makanan itu di jalan hingga menyisakan tulang. Si cucu pun memberikan makanan itu kepada sang nenek. Alangkah terkejutnya ia tatkala membuka pemberian sang cucu, hanya ada tulang sisa makanan. Merasa anaknya telah durhaka, nenek tersebut pun bersumpah, tanah di sekitar desa itu pun terangkat dan menenggelamkan seisi kampung. 4. Cerita Nantampuk Emmas Cerita rakyat dari Pakpak Dairi ini juga memiliki nilai moral yang bagus. Agar para pembaca menghindari sikap tidak menghargai, berdusta dan mau menang sendiri. Nah berikut cerita tentang Nantampuk Emmas dan Batu Kerbo. Nantampuk Mas adalah seorang gadis menawan keturunan marga Angkat. Pesonanya yang begitu memikat membuat pemuda marga Saraan terpikat. Usai proses lamaran adat, terbersitlah salah satu syarat ganjil dari keluarga Angkat dimana keluarga Saraan tidak boleh membiarkan Nantampuk Mas berjalan kaki menuju rumah mertuanya. Syarat itu pun dipenuhi, Nantampuk Mas ditandu oleh keluarga mempelai tanpa rasa curiga. Hari berganti minggu, Nantampuk Mas tak kunjung keluar dari bilik. Rasa penasaran yang menyergap membuat keluarga Saraan memutuskan untuk melihat kondisinya. Terkejutlah mereka usai mengetahui jika perempuan itu tak bisa berjalan. Meski demikian, marga Saraan tetap pada pendirian dan memperistri putri Angkat itu. Lain pula dengan keluarganya yang tak terima dan menganggap jika ia hanyalah beban baru di tengah keluarga. Merasa tak tahan, Nantampuk Mas pun melarikan diri ke lebbuh kampung. Singkat cerita, marga Angkat meminta Saraan menyediakan 7 kerbau sebagai ucapan maaf karena telah mempermalukan mereka. Tetapi, permintaan itu tak kunjung dipenuhi hingga suatu ketika, marga Angkat hendak mengadakan suatu pesta besar. Sempat terjadi cekcok lantaran Saraan menganggap 7 kerbau itu sudah impas karena Nantampuk Mas sudah diterima kembali oleh keluarga Saraan. Tetapi karena takut, mereka akhirnya tetap memberikan 1 kerbau. Keanehan mulai terjadi disaat kerbau itu dibawa, seketika terjadi guntur dan membuat kerbau itu berubah menjadi batu. Sayup-sayup, terdengar suara empung nenek moyang, mahluk tak kasat yang mengatakan kalau kerbau itu adalah simbol perdamaian karena pertikaian kedua keluarga tersebut. 5. Anehnya Batu yang Menggantung Obyek wisata di Parapat yang satu ini cukup fenomenal dimana jika Anda akan menelusuri panorama Danau Toba maka akan melihat sebuah batu menggantung di tepian kota Parapat dengan bentuk menyerupai manusia. Tak jauh berbeda dengan Lubuk Mas, cerita ini pun alurnya hampir sama persis tetang perjodohan sepihak. Selengkapnya, silahkan baca pada artikel tersendiri yang sudah buat secara khusus Legenda Terjadinya Batu Gantung 6. Cerita Rakyat dari Humbang Hasundutan Dikenal juga dengan sebutan Humbahas, tanah Batak ini pun memiliki banyak legenda. Salah satunya berisikan tentang awal mula terbentuknya 2 buah danau yang berasal dari pertikaian antara sesama keluarga. Pesan moralnya cukup bagus, mengajak setiap orang yang mendengar kisah tersebut tak mempertahankan ego dan menahan sikap rakus serta keinginan pribadi secara berlebihan. Detailnya, dapat dilihat pada postingan berikut Cerita Tao Silosung dan Si Pinggan 7. Kisah Sigale-gale yang Mengharukan Gerak tarian Sigale-gale bisa saja membuat penonton tertawa. Bagaimana tidak, atraksi wisata dimana patung menari terlihat menggemaskan dan lucu. Padahal, ada cerita rakyat dari Samosir yang mengiringi munculnya patung Sigale-gale. Konon, seorang raja yang masih merasa sangat kehilangan putranya meminta pandai pahat untuk membuatkan patung persis seperti anaknya, Manggalae. Agar dapat bergerak layaknya manusia, maka dimintalah Sibaso memberikan kehidupan bagi patung itu. Kebiasaan itu terus berlanjut hingga bertahun-tahun, setiap kali ada anggota keluarga harajaon yang pergi. Maka dibuatlah Sigale-Gale, si patung 'lemah gemulai' yang bisa menari. Ada banyak legenda yang sarat akan nilai-nilai kehidupan namun tentu saja kisah-kisah tersebut akan jauh lebih baik bila terus menerus diceritakan kepada anak cucu kita kelak sehingga dapat dilestarikan dan tidak hilang di telan zaman. .
  • 7sknfyl8r4.pages.dev/724
  • 7sknfyl8r4.pages.dev/322
  • 7sknfyl8r4.pages.dev/785
  • 7sknfyl8r4.pages.dev/770
  • 7sknfyl8r4.pages.dev/379
  • 7sknfyl8r4.pages.dev/290
  • 7sknfyl8r4.pages.dev/521
  • 7sknfyl8r4.pages.dev/107
  • 7sknfyl8r4.pages.dev/49
  • 7sknfyl8r4.pages.dev/193
  • 7sknfyl8r4.pages.dev/479
  • 7sknfyl8r4.pages.dev/740
  • 7sknfyl8r4.pages.dev/901
  • 7sknfyl8r4.pages.dev/523
  • 7sknfyl8r4.pages.dev/10
  • cerita rakyat dalam bahasa batak