Sarjana Ekonomi – Hai sobat jumpa lagi dalam artikel kesayangan Anda. Pada pembahasan kali ini, akan membahas mengenai Kelangkaan. Untuk lebih jelasnya mari simak pembahasannya secara lengkap di bawah ini. Pengertian KelangkaanPengertian Kelangkaan Dalam Bidang EkonomiFaktor Penyebab KelangkaanDampak KelangkaanCara Mengatasi KelangkaanContoh KelangkaanSebarkan iniPosting terkait Pengertian Kelangkaan Kelangkaan merupakan salah satu keadaan dimana jumlah barang yang diminta akan jauh lebih banyak daripada jumlah barang yang ditawarkan. Atau salah satu kondisi di mana keinginan manusia yang tidak terbatas, sedangkan alat pemuas dari keinginan manusia itu terbatas. Pengertian Kelangkaan Dalam Bidang Ekonomi Dalam memenuhi kebutuhan,alat pemenuh kebutuhan tidak cukup untuk memenuhinya. Contohnya Air yang merupakan suatu barang yang sangat dibutuhkan oleh setiap manusia, jika air ini akan mengalami kelangkaan dapat mengakibatkan kesengsaraan bagi suatu kehidupan manusia. Untuk mendapatkan alat pemuas kebutuhan ini, manusia memerlukan suatu pengorbanan yang lain. Contohnya Seseorang ingin membeli beberapa perhiasan, namun disisi lain ia sangat ingin memiliki mobil sport yang diproduksi terbatas langka. Maka ia harus mau mengorbankan keinginan untuk membeli perhiasan itu jika ingin membeli mobil sport yang langka. Faktor Penyebab Kelangkaan Keterbatasan jumlah benda pemuas kebutuhan yang ada di alam. Kerusakan sumber daya alam yang diakibatkan oleh manusia. Keterbatasan kemampuan manusia untuk mengolah sumber daya yang ada. Pertumbuhan manusia yang lebih cepat dibandingkan dengan kemampuan penyediaan sarana kebutuhan. Bencana alam. Perbedaan letak geografis. Pertumbuhan penduduk tidak seimbang. Kemampuan untuk memproduksi rendah. Perkembangan teknologi berjalan lambat. Dampak Kelangkaan 1. Tingginya Angka Pengangguran Pengangguran yang terjadi di berbagai wilayah menjadi salah satu dampak nyata dalam kelangkaan ekonomi. Hal ini dapat terjadi karena masyarakat tidak bisa mendapatkan penghasilan yang sangat penuh hingga menyebabkan masyarakat ini menjadi berhemat atau bahkan menghutang, pendapatan dan penghasilan yang tidak seimbang inilah salah satu faktor penyebab kelangkaan ekonomi dalam kehidupan masyarakat. 2. Kriminalitas Tingkat kriminalitas akan semakin tinggi pada masyarakat jika kelangkaan ekonomi terjadi, kondisi ini diseabkan karena masyarakat terdesak memenuhi kebutuhan dasar yang diinginkan. Oleh karenannya efek yang ditimbulkan dari kelangkaan ekonomi ini adalah tingginya kriminalitas. 3. Kemiskinan Dampak yang paling nyata dalam suatu kehidupan masyarakat, salah satunya jika terjadi Kelangkaan Ekonomi ialah kemiskinan. Kemiskinan ini akan menjadi salah satu dasar dari sulitnya negara berkembang untuk menjadi maju. Karakteristik negara berkembang yang sangat sulit maju ini ditelurusi secara mendalam terjadi karena sebuah kelangkaan ekonomi. Cara Mengatasi Kelangkaan 1. Menyusun Skala Prioritas Tingkat Urgensi atau kepentingan Kesempatan yang dimiliki Pertimbangan masa depan. Kemampuan diri. Menggunakan barang pengganti, contohnya minyak tanah diganti dengan arang atau kayu bakar. Melakukan penghematan penggunaan sumber daya. 2. Pemanfaatan Sumber Daya secara Efektif dan Effisien Mengubah bentuk benda untuk meningkatkan nilai hasil. Mengombinasikan kegunaan benda. Memperbaiki barang yang rusak. Mendaur ulang barang bekas untuk dijadikan barang yang bernilai guna. Mengadakan tebang pilih dalam pemanfaatan hasil hutan dan mengadakan reboisasi. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan keterampilan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Mengelola mendayagunakan sumber daya secara tepat. Contoh Kelangkaan Tanah merupakan sumber daya alam sumber kekayaan alam yang jumlahnya terbatas. Manusia ini tidak akan mungkin bisa menambah luas tanah. Laut merupakan salah satu sumber daya alam sumber kekayaan alam yang jumlahnya sangat terbatas. Kekayaan yang terkandung di dalamnya pun makin lama akan bisa berkurang. Hutan merupakan sumber penghasil kayu dan hasil hutan lainnya juga sangat dibutuhkan oleh manusia. Apabila hutan dilakukan penebangan tanpa perhitungan untuk menanami kembali, maka akan berakibat kerusakan hutan itu sendiri bahkan bisa mengakibatkan bencana. Tambang atau bahan galian merupakan sumber daya alam sumber kekayaan alam yang terbatas. Apabila terus menerus dilakukan penggalian tanpa adanya pemeliharaan, maka akan berkurang dan habis. Pabrik yakni alat-alat produksi, mesin dan gedung jumlahnya juga terbatas, apabila tidak dilakukan perawatan dengan baik akan mengalami kerusakan. Demikianlah penjelasan terlengkap mengenai √ Kelangkaan Pengertian, Penyebab, Dampak & Cara Mengatasinya Lengkap. Semoga bermanfaat dan bisa menambah wawasan serta ilmu pengetahuan bagi yang membacanya. Terima Kasih. Baca Juga Artikel Lainnya Inflasi Adalah Deflasi Adalah Defisit Adalah Kebijakan Moneter Kebijakan Fiskal
Mahasiswa/Alumni Universitas Siliwangi04 Februari 2022 0640Hallo Candra M, kakak bantu jawab ya! Jawaban yang benar adalah D. Berikut ini pembahasannya ya! Hutan merupakan sumber daya alam yang dapat diperbarui artinya hutan tergolong sumber daya alam yang selalu berkembang atau tidak pernah habis Renewable resources. Hutan merupakan ekosistem yang bersifat stabil yaitu terjadi keseimbangan antara komponen produsen tumbuhan Hijau, konsumen hewan baik herbivore dan karnivora dan dekomposer/pengurai. Sebagai sumber daya alam yang dapat diperbaharui, hutan memiliki potensi untuk menyediakan sumber daya alam yang tidak terbatas, sehingga mampu memberikan daya dukung lingkungan yang memadai, maka pengelolaan dan pemanfaatan hutan harus dilaksanakan secara optimal dan lestari. Apabila sumber daya alam hutan ditebangi secara terus terusan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan maka akan mengakibatkan sumber daya alam yang berupa kayu tersebut langka. Berdasarkan pembahasan tersebut, sumber daya hutan dapat dikatakan langka jika D. Banyak ditebangi untuk mendapatkan keuntungan. Semoga membantu ya!
Mahasiswa/Alumni Universitas Negeri Surabaya22 Oktober 2021 0913Hallo Kak Eva, kakak bantu jawab ya pertanyaan dari kamu...... Sumber daya di permukaan bumi dapat dibedakan menjadi sumber daya yang dapat diperbarui dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Salah satu sumber daya alam yang dapat diperbarui adalah sumber daya hutan. Sumber daya hutan dapat digunakan sebagai paru-paru dunia, sumber bahan bangunan dan kerajinan seperti kayu, rotan, menjadi sumber makanan, menjadi stabilisator ketersediaan air, dan menjadi salah satu indikator kondisi ekosistem yang baik. Sumber daya hutan dikatakan langka jika sumber daya hutan tersebut mengalami penurunan luasan misal karena penebangan hutan, mengalami pencemaran. Jadi, jawaban yang benar adalah D Semoga membantuPengelolaandan pemanfaatan sumber daya hutan dapat konflik dalam pengelolaan sumber daya hutan. Konflik tersebut jika tidak dikelola dengan memperoleh hal-hal yang langka seperti nilai
Riset menemukan terjadi penurunan ketersediaan sedikitnya satu produk hutan. Aris Sanjaya/CIFOR Bacaan terkait Di negara berkembang, petani dan masyarakat desa mendapatkan hampir seperempat penghasilan dari hutan sekitar mereka. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa sumber daya tersebut makin langka, ketersediaannya pun terus berkurang. Menurut penelitian, meningkatnya konsumsi produk hutan dan deforestasi merupakan alasan utama meningkatnya kelangkaan, dan menempatkan basis sumber daya maupun penghidupan masyarakat dalam potensi risiko. “Kami melihat tren degradasi basis sumber daya terhadap waktu,” kata Sven Wunder, ekonom senior Pusat Penelitian Kehutanan Internasional CIFOR. Wunder menganalisis data dari Jaringan Kemiskinan dan Lingkungan Hidup PEN CIFOR, sebuah penelitian yang dimulai pada 2004 dan sejak saat itu mengumpulkan data dari lebih rumah tangga di 24 negara. “Saya terkejut melihat begitu banyak — 9 dari 10 – desa menunjukkan tanda penurunan ketersediaan sumber daya hanya dalam setengah dekade,” kata Wunder. Hasil ini menunjukkan perlunya melihat lebih dekat konsistensi praktik tata kelola hutan masyarakat, serta dampak masa depan degradasi hutan. “Karena mereka adalah masyarakat yang secara langsung hidup dari sumber daya hutan, implikasinya bisa dipandang cukup negatif,” kata ketua penulis penelitian ini, Kathleen Hermans-Neumann dari UFZ-Helmholtz Center for Environmental Research di Leipzig, Jerman. “Makin sedikit ketersediaan sumber daya alam, makin sulit untuk mempertahankan penghidupan lokal.” MAKIN LANGKA Penelitian mengeksaminasi pemanfaatan enam jenis sumber daya hutan – kayu bakar dan arang; batang pohon dan kayu lainnya; pangan; obat-obatan; pakan ternak; dan lainnya – di 233 desa tropis dan subtropis Asia, Afrika dan Amerika Latin. Menurut Hermans-Neuman, jika sebagian besar penelitian pemanfaatan sumber daya desa dilakukan secara lokal, basis data PEN memungkinkan peneliti melihat tren pan-tropis. Sebagai bagian dari survei PEN, yang dilakukan antara 2005 hingga 2010, penduduk ditanya, apakah ketersediaan sumber daya utama hutan berubah dalam lima tahun terakhir, dan jika ya, menurut pandangan mereka, mengapa hal ini terjadi. Tiga sumber daya terpenting yang disebutkan oleh penduduk desa adalah kayu bakar dan arang; batang pohon dan kayu lainnya; dan pangan. Pakan ternak dan obat-obatan kurang dominan, meski 75 persen desa dilaporkan memanfaatkan setidaknya salah satunya. Secara keseluruhan, 209 dari 233 desa melaporkan bahwa mereka melihat penurunan ketersediaan sedikitnya satu produk hutan. Sementara 87 desa mengalami penurunan ketersediaan seluruh produk hutan. Kebalikannya, 89 desa melaporkan sedikitnya ada satu peningkatan produk hutan. Di beberapa desa, produk tersebut adalah kayu bakar, dan peningkatan terjadi akibat deforestasi; tidak lantas karena tata kelola lebih lestari. Dua alasan utama penurunan ketersediaan sumber daya hutan adalah meningginya konsumsi terutama karena peningkatan populasi desa, dan hilangnya tutupan hutan. Pertumbuhan penduduk terkait dengan imigrasi dan tingginya angka kelahiran. Desa yang mengalami peningkatan produk hutan, umumnya memiliki pertumbuhan penduduk lebih rendah dan dilaporkan kurang menggunakan sumber daya hutan. Hasil ini menyokong pandangan “neo-Malthusian”, bahwa peningkatan populasi menyebabkan eksploitasi berlebihan dan berkurangnya suplai pangan dan sumber daya lain. Teori ini mengambil nama penyusunnya, Thomas Robert Malthus, di akhir abad 18. Pandangan alternatifnya, disebut “neo-Boserupian” diambil dari nama ekonom Denmark Ester Boserup. Teori ini menyatakan bahwa masyarakat akan bereaksi terhadap kelangkaan sumber daya dengan mencari cara pengelolaan lebih baik. MANAJEMEN SUMBER DAYA Meski penelitian ini tampaknya memperkuat teori “neo-Malthusian”, hasil penelitian menunjukkan bahwa tenurial hutan berperan memperlambat degradasi sumber daya hutan. Desa dengan sedikitnya sepertiga wilayah hutan dimiliki masyarakat dilaporkan hanya mengalami sedikit penurunan produk hutan. Para peneliti menulis, masyarakat dapat termotivasi mengubah cara mengelola hutan mereka ketika melihat penurunan drastis ketersediaan produk hutan. “Transisi dari hutan masyarakat dengan akses bebas menjadi hutan yang dikelola secara aktif sering terjadi ketika terjadi degradasi substansial,” tulis para peneliti. Para peneliti mengingatkan bahwa data PEN berdasar pada persepsi masyarakat atas perubahan hutan mereka, bukan pengukuran ilmah stok sumber daya. Namun, Wunder menyatakan konsistensi temuan dalam jumlah besar desa menunjukkan bahwa indikasi persepsi cenderung valid. Namun, lanjut Wunder, penelitian komparatif melalui pengukuran lapangan mengenai kualitas sumber daya hutan dapat memberi masukan derajat degradasi, penyebab, dan dampaknya pada penghidupan masyarakat hutan. Hermans-Neumann menyatakan keinginannya meneliti perubahan populasi lebih dekat, khususnya “mengapa orang berimigrasi dan sampai tingkat mana perbedaan penggunaan sumber daya oleh mereka dibanding masyarakat lokal yang ada.” Hasil penelitian ini dapat menjadi peringatan dini bagi pengambil kebijakan dan pengelola hutan yang masih berpandangan ideal, petani dan masyarakat hidup selaras dengan sumber alam tanpa menipiskan stok sumber daya. “Tampak di sini, cara masyarakat lokal memanfaatkan hutan dan produk hutan, tidak sepenuhnya berkelanjutan,” kata Hermans-Neumann. “Sesekali, tata kelola hutan masyarakat memang berhasil mengatasi masalah, namun tidak selalu begitu. Kini dengan kita tahu lebih banyak mengenai penyebab degradasi, kita bisa lebih baik memprioritaskan area penyempurnaan manajemen.” Informasi lebih lanjut tentang topik ini hubungi Sven Wunder di Riset ini didukung oleh DFID KNOWFORKebijakan Hak CiptaKami persilahkan Anda untuk berbagi konten dari Berita Hutan, berlaku dalam kebijakan Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike International CC BY-NC-SA Peraturan ini mengijinkan Anda mendistribusikan ulang materi dari Kabar Hutan untuk tujuan non-komersial. Sebaliknya, Anda diharuskan memberi kredit kepada Kabar Hutan sesuai dan link ke konten Kabar Hutan yang asli, memberitahu jika dilakukan perubahan, termasuk menyebarluaskan kontribusi Anda dengan lisensi Creative Commons yang sama. Anda harus memberi tahu Kabar Hutan jika Anda mengirim ulang, mencetak ulang atau menggunakan kembali materi kami dengan menghubungi forestsnews
.